Virus corona/covid-19 yang akhir-akhir ini merebak dan semakin banyak yg terkena penyakit ini, menjadikan masyarakat kawatir dan was-was ketika mereka keluar dari rumah atau bahkan ketika berkumpul dengan lingkungannya. Lantas bagaiaman sikap yang benar dalam mensikapi keadaan saat ini:
1.
Iman
dengan takdir Allah taala
Seorang muslim yg benar imannya maka ia tidak akan menyalahkan atau
mengatakan bahwa sebab terjadinya penyakit ini dan yg menjadikan ia terlular
ini itu, atau bahkan sampai menyalahkan orang lain. Akan tetapi sikap seorang
mukmin adalah meyakini bahwa semua ini tidaklah terjadi kecuali takdir dari
Allah taala. Allah taala berfirman:
وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءِ وَقَدَّرَهُ تَقْدِيْرًا
“Dialah(Allah) menciptakan segala sesuatu,
lalu menetapkan ukuran-ukurannya dengan tepat” (Al-Furqon : 2)
إِنا كل شيء خلقناه بقدر
“Sesungguhnya kami menciptakan segala
sesuatu sesuai dengan ukuran” (Al-Qomar: 49)
Dan iman terhadap takdir termasuk rukun
dari pada rukun iman yg 6. Barang siapa yg tidak meyakininya maka ia tidak
dianggap sebagai seorang mukmin. Sebagaimana tedapat di dalam hadits jibril
kerika Rasulullah sholallahu alaihi wasallam ditanya tetang iman oleh
malaikat Jibril.
Dan dalam mensikapi takdir baik itu baik
atau yg buruk Rasulullah telah mengajarkan kepada kita bagaiamana sikap seorang
mukmin. Rasulullah bersabda:
عجبا لأمر المؤمن إن أمره كله خير وليس ذاك لأحد إلا للمؤمن إن أصابته سراء
شكر فكان خير له وإن أصابته ضراء صبر فكان خير له
“Perkara orang mukmin
itu mengagumkan, sesungguhnya semua perihalnya baik dan itu tidak dimiliki
seorangpun selain orang mukmin. Bila mendapatkan kesenangan, ia bersyukur dan
syukur itu baik baginya. Dan apabila tertimpa musibah, ia bersabar dan sabar
itu baik baginya.” (HR Muslim)
Maka inilah sikap seorang mukmin tatkala ia
mendapatkan nikmat dan tatkala mendapatkan ujian dari Alllah taala.
2. Menyempurnakan tawakkal kepada Allah taala
dan menyerahkan perkaranya kepada-Nya.
Allah taala berfiman:
وَمَنْ يَتَوَكَّلَ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan baragsiapa bertawakkal kepada Allah,
niscaya Allah akan mencukupkan(keperluan)nya” (Ath-Thalaq : 3)
قل لن يصيبنا إلا ما كتب الله لنا هو مولانا وعلى الله
فليتوكل المؤمنون
“Katakanlah (Muhammad), Tidaklah akan
menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah
pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakallah orang-orang yg beriman” (At-Taubah : 51)
Dari ayat ini kita ketahui apa-apa yang
terjadi dan apa-apa yang menimpa seseorang semuanya adalah ketetapan dari Allah
taala. Dan dengan ini seorang muslim akan tenang hatinya karna semua
ditangan Allah taala.
3. Kembali kepada Allah dan taubat kepada-Nya
ظهر الفساد في البر والبحر بما كسبت أيدي الناس ليذيقهم
بعض الذي عملوا لعلهم يرجعون
“Telah tampak
kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan manusia;
Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yg benar)” (Ar-Rum : 41)
Ibnu katsir dalam tafsirnya menjelasakan
makna لعلهم يرجعون yaitu kembali kepada Allah dari perbuatan maksiatnya.
Sebagaimana firman Allah di dalam surat Al-A’raf:
وبلوناهم بالحسنات والسيئات لعلهم يرجعون
“Dan kami uii mereka
dengan (nikmat) yang baik-baik dan bencana yang buruk-buruk, agar mereka
kembali” (Al-A’raf :
168)
Dan dari ayat ini pula sebagai bukti cinta
Allah kepada hamba-hambanya dengan memgingatkan mereka agar kembali kepada
Allah taala. Sebagaimana Rasulullah sholallahu alaihi wasallam
bersabda:
إذا أحب الله قوما ابتلاهم فمن صبر فله الصبر ومن جزع
فله الجزع
“Sesungguhnya Allah
taala bila mencintai suatu kaum, ia menguji mereka. Barangsiapa yang bersabar
maka baginya kesabaran dan barangsiapa yang berkeluh kesah maka baginya
hanyalah keluh kesah” (HR Ahmad)
4. Mengambil sebab
Seorang mukmin selain beriman kepada takdir
Allah ia haruslah mengambil sebab. Terdapat dalil akan hal ini. Sebagaimana
firman Allah taala:
ولا تلقوا بأيديكم الى التهلكة
“dan janganlah kamu jatuhkan
(dirimu) ke dalam kebinasaan” (Al-Baqoroh : 195)
Dan juga terdapat sabda Rasulullah sholallahu alaihi wasallam:
فرارك من المجذوم فرارك من الأسد
“Jauhilah penyakit
kusta sebagaiamana engkau lari dari kerjaran singa” (HR Ahmad)
Dalam hal ini Syaikh Prof. Dr. Sulaiman
Ar-Ruhailiy ketika ditanya apakah penyakit covid-19 ini hukumnya sama seperti thoun
yang disebutkan dalam hadits Rasulullah? Maka beliau menjawab penyakit yang
baru muncul ini dan sampai sekarang para ahli medis belom menemukan obat dan
vaksinnya maka hukumnya sama seperti penyakit thoun. Karna penyakit thoun
adalah penyakit yg mematikan dan dapat menular dan membinasakan manusia. Oleh
karna itu tidak boleh seorang safar atau pergi ke daerah yang terjangkit wabah
ini dan juga tidak boleh keluar dari daerah yg terjangkit wabah ini. Kecuali,
jika diketahui dg teknologi medis saat ini bahwa orang yang ingin keluar tidak
akan terkena wabah atau dia negatif dari virus tersebut maka tidak mengapa.
(Selesai jawaban syaikh)
Adapun sabda Rasulullah yg berbunyi:
لا يورد ممرض على مصح
“Janganlah pemilik unta
membawa untanya yang sakit kepada unta yang sehat” (muttafaq alaihi)
Dengan hadits yg berbunyi:
لا عدوى
“Tidak ada penyakit
yang menular”
Maka para ulama berusaha untuk mengompromikan
hadits yg mengatakan bahwa tidak ada penyakit yang menular dengan hadits
perintah menjauhi penyakit dengan banyak cara sebagaimana disebutkan dalam kitab
fathul bari. Dan penulis megambil pendapat bahwa secara asal penyakit
tidak menular secara tabiatnya akan tetapi semuanya kehendak dan izin dari
Allah taala. Dan juga dari ini kita diperintahkan untuk mengambil sebab.
5. Mengambil sumber kabar dan pengetahuan yg jelas
Jangan sampai masyarakar akhirnya tertakuti
karna kabar yg dibesar-besarkan oleh media. Dan hendalnya seorang muslim
mengambil informasi dr orang yg terpercaya dan mengambil ilmu dari ahlinya.
Sebagaimana firman Allah:
فاسئلوا أهل الذكر إن كنتم لا تعلمون
“Bertanyalah kepada
Ahli ilmu apabila kamu tidak mengetahui (ilmunya)” (An-Nahl : 43)
6. Doa
Doa adalah ibadah seorang mukmin.
Rasulullah sholallahu alaihi wasallam bersabda:
الدعاء هو العبادة
“Doa adalah ibadah” (HR Ahmad)
Dan doa adalah senjata seorang muslim.
Terlebih Allah taala menjanjikan kepada seluruh hambanya bahwa Allah akan
mengabulkan doa apabila hamba-Nya. Sebagaimana firman Allah taala:
وقال ربكم ادعني أستجب لكم
“Dan Rabbmu berfirman:
Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan” (Ghofir : 60)
Dalam masalah ini Rasulullah sholallahu
alaihi wasallam mengajarkan kepada kita beberapa doa sebagai wiqoyah/benteng
untuk keseharian seorang muslim. Diantaranya:
-
Membaca muawidzatain
Dari sahabat uqbah bin amir radiyallahu anhu, Rasulullah sholallahu
alaihi wasalam:
أنزلت علي سورتان فتعوذوا بهن فإنه لم يتعوذ بمثلهن يعني
المتعوذتين
“Telah diturunkan kepadaku dua
surat, maka mintalah perlindungan dengannya, sebab tidak ada bacaan untuk
perlindungan yang semisalnya. Yakni, al-Muawwidzatain (surat al falaq dan an
nas)” (HR Ahmad)
-
Membaca doa pagi-sore
Diriwayatkan dari sahabat Utsman, beliau mendengar Rasulullah sholallahu
alahi wasallam bersabda:
من قال: باسم
الله الذي لا يضر مع اسمه شيء في الأرض ولا في السماء، وهو السميع العليم ثلاث
مرات، لم يصبه فجأة بلاء حتى يصبح، ومن قالها حين يصبح ثلاث مرات، لم تصبه فجأة
البلاء حتى يمسي
"Barangsiapa mengucapkan:
BISMILLAHILLADZI LAA YADLURRU MA'ASMIHI SYAI`UN FIL ARDLI WA LAA FIS SAMAA`I WA
HUWAS SAMII'UL 'ALIIMU (dengan nama Allah yang tidak ada sesuatu pun di bumi
dan di langit yang bisa memberikan bahaya. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui) sebanyak tiga kali, maka ia tidak akan tertimpa musibah yang datang
dengan tiba-tiba hingga pagi hari. Dan barangsiapa membacanya pada pagi hari
sebanyak tiga kali, maka ia tidak akan tertimpa bencana yang datang dengan
tiba-tiba hingga sore hari." (HR Abu Dawud)
-
Membaca doa khusus yg telah diajarkan oleh Rasulullah sholallahu
alaihi wasallam:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْبَرَصِ
وَالْجُنُونِ وَالْجُذَامِ وَمِنْ سَيِّئِ الْأَسْقَامِ
"ALLOHUMMA INNII A'UUDZU BIKA MINAL BAROSHI WAL JUNUUNI WAL
JUDZAAMI WA MIN SAYYIIL ASQOOMI (ya Allah sesunguhnya saya berlindung kepada-Mu
dari belang, gila dan kusta serta dari sejelek-jeleknya penyakit)" (HR Ahmad)
Inilah beberapa sikap yang hendaknya seorang muslim
dalam menghadapi permasalahan yang ada di saat ini. Wallahu taala a’lam
Disusun oleh: Muh. Rujib Abdullah,S.H (Alumni STDI
Imam Syafii – Jember)
Komentar
Posting Komentar